Today, Islam is frequently misunderstood because of the character of the Muslims who misrepresent Islam. This partially due to their ignorance and being distracted by this worldly life. At the same time, many Muslims are struggling to develop their characters and personalities in the mould of the Prophet (peace and blessings of Allah be upon him) and his early Companions. This has become increasingly difficult with many trials faced in their daily lives. However, Islam is comprehensive and as we have seen, the perfect Muslim character has been able to transcend throughout time and various situations. This is because the formula laid for us by Allah (swt) and exemplified by His Prophet is able to be implemented in all situations.
Imagine your death
Imagine your grave through night and through day
Wishing that you did not do as they say
Wishing that you had got up and had prayed.
Imagine, my friends, the day that you died
Imagine all of the tears that they cried
Remember how it felt when your body was tied
Remember how it felt in the grave which you lied.
Imagine the day you'll be called to account
Imagine the sum to which your life will amount
Think for a moment of the deeds which you mount
Think for a moment how much they will count.
What will they say of you when you are dead?
What will they say, what will be said?
Will they speak of all the poor who you fed?
Will they remember all the Qu'ran that you read?
Think not of them, but of Allah, Lord of mankind and jinn
Think of Allah when tempted to sin
Think of the paradise which you will dwell in
Don't wait till later to think what might have been
The holly qur'an academy
Qur’an Kareem is the last and final book revealed by Allah SWT on His last Messenger, Prophet Mohammed (PBUH) which is eternal guidance for the whole of mankind till the day of reckoning. It is the most read book also; which is the literal meaning of the word Qur’an. But most of the Muslims who do not know Arabic restrict themselves to its reading and recitation, without understanding its meaning. Ignorance from the teachings of the Holy Qur’an is the main cause of backwardness of Muslims. To read Qur’an with the help of translations available in the market does not give a reader as much benefit and insight as it gives to a person who knows the Arabic language. That is why in our programme the stress is given on learning Arabic language so as to understand Qur’an Kareem better.
Mufassir-e-Qur’an Maulana Abdul Kareem Parekh (RA) is a well known Alim-e-Din who propounded the idea to “learn the Qur’an translation in 200 hours”. As this motto is very attractive with the result that many people joined the course in Nagpur. Maulana Kaleem Siddiqui, who is a close disciple and Khalifa of Hazrat Maulana Abdul Hasan Ali Nadwi, popularly known as ‘Ali Miyan’, was also attracted by this idea and decided to start this programme in Delhi and other parts of the country.
The aim of the course is intended to train a common reader so that he could acquire a clear grasp of the Holy Book and understands its meaning himself without the help of a translation.
As every one knows that Arabic language is a very rich language. Until a person knows the basic grammar, understanding of Qur’an Kareem will be difficult. In order to achieve this goal Hazrat Maulana Kaleem Siddiqui sent dedicated Ulemas with basic and fundamental knowledge of Arabic and Qur’an to Nagpur, where Maulana Abdul Kareem Parekh (RA) was running this course successfully. There they learnt the technique to teach Holy Qur’an translation by using simple grammar in the shortest possible time.
In order to achieve this objective a function was organized in Jamia Nagar, New Delhi. The programme based on the attractive slogan “Learn Holy Qur’an translation in 200 hours” was launched in May 2002 from the Ansari Auditorium in Jamia Nagar, New Delhi. Maulana Abdul Kareem Parekh (RA), presided over the function he and Maulana Kaleem Siddiqui addressed a large gathering of Ulemaz, students and the general public and spoke at length the importance of reading Qur’an with comprehension and the importance of reading the Holy Book with understanding, as the main purpose of Allah SWT is to impart guidance to the whole of mankind and to ward off the evils from the society. This message can be understood well if one reads the Quran Kareem with thoughtfulness. The function was a great success and the participants greatly appreciated the idea.
It is also inspiring to note that women and girls of every age group are showing a keen interest in these courses and they have outnumbered men in their strength in these separate classes. Almost every month requests are pouring in by the organizers to start new classes. To meet the increasing demand more and more teachers are being trained to teach the Holy Qur’an translation to cope up with the requirement.
The method of teaching adopted in this course is unique. The students are given lessons in basic grammar for the first twelve to fifteen days and thereafter the translation starts with the first Surah of the Holy Qur’an ‘Surah Fatiha’ and then the first Para. With this method a student, within a month, finds himself understanding and translating the meaning of the Holy Qur’an and by the times he/she completes the 2nd chapter, is able to understand the Holy Qur’an on his/her own to a great extent. No doubt, it is a miracle of the Holy Qur’an that it enlightens its every reader, provided he/she acts upon the teachings of Quran, with wisdom by imparting God-fearing qualities and produces great results by changing the life of its reader.
Let’s read the Holy Quran daily with understanding and comprehension and thereafter practice the commandments of Allah Subhanahu wa Taala to bring a complete change in our lives. We pray to Allah for guidance to the right path, the path of those whom He bestowed His blessings nor of those who earned His condemnation nor of those who went astray. Amen.
THE End of life
"Pernah kah kau berpikir tentang suatu keniscayaan?"Suatu kepastian yang akan menghampiri setiap yang hidup.
Suatu kepastian yang tidak bisa dihindari ataupun dihalau.
Suatu kepastian yang merupakan awal dari kehidupan yang hakiki.
Suatu kepastian yang akan memisahkan jiwa dan raga.
Ya, dialah kematian.
Pernahkah terpikir kapan kita akan mati?
Apakah dua puluh tahun lagi? Lima puluh tahun lagi?
ketika sudah renta, rambutmu telah memutih dan kulitmu berubah menjadi
keriput? ataukah lima tahun lagi, satu tahun lagi ataukah hari esok atau
bahkan detik ini, disaat anda masih kuat, muda dan energik?
Pernahkan terpikir dalam kondisi yang bagaimanakah ketika maut menjemput?
Apakah dalam keadaan sedang mencari keridhoan Ilahi, meniti jalan ketaqwaan
ataukah sebaliknya ketika masih berlumuran dosa dan melakukan kemaksiatan
(Naudzubillah)?
Apakah pernah membayangkan bagaimana anda akan mengakhiri kehidupan ini?
Apakah akhir dari episode kehidupan kita di dunia ini akan happy ending, sad
ending ataukah bahkan berakhir dengan tragis?
Ketika ajal menjelang,apakah kita akan tersenyum bahagia karena segera akan
bertemu dengan Sang Khalik yang ditunggu-tunggu dan orang-orang yang
mengantarkan jenazah kita akan menangis karena ditinggalkan oleh
kebaikan-kebaikan yang selalu kita lakukan? Ataukah kita akan terbelalak
ketakutan dan menangis atas apa yang telah kita perbuat di dunia fana ini,
sementara orang-orang yang anda tinggalkan tertawa bahagia karena pada
akhirnya orang yang selama ini mereka benci, yang mereka sumpah serapahi
sudah tiada? Masing-masing orang membawa kenangan tersendiri mengenai kita.
Itu tergambar dari wajah mereka masing-masing. Sebelum jenazah anda
dikuburkan beberapa dari mereka diminta menyampaikan "pidato singkat"
mengenai anda. Cobalah anda renungkan dalam-dalam. Apa yang anda ingin agar
dikatakan oleh masing-masing pembicara ini mengenai anda? Orang tua macam
apakah anda? Suami/istri macam apakah anda? Anak macam apa? Saudara macam
apa? Rekan kerja macam apa?
Tetangga macam apakah anda?
Atau diibaratkan seperti tenggelamnya matahari yang menandakan berakhirnya
hari. Apakah kita akan mengakhiri hari ini dengan tenggelamnya matahari
dengan cerah dan indah sehingga banyak orang yang mengabadikan moment
sunset, ataukah akan mengakhirinya dengan hujan badai yang gelap gulita
penuh dengan petir, kilat menyambar-nyambar yang ditakuti orang?
Akhir seperti apakah yang akan dipilih?
Itu terserah kepada kita masing-masing, menjalani hidup adalah menjalani
sebuah pilihan. Dan setiap pilihan memiliki konsekuensi masing-masing. Satu
hal yang membedakan antara manusia dengan hewan adalah manusia diberi akal
dan pikiran untuk memilih respon atas setiap kejadian yang menimpa kita.
Kita selalu melakukan hal yang kontradiktif, menginginkan tujuan akhir yang
baik namun menjalani kehidupan dengan tidak baik. Tentunya jika ingin
mengakhiri kehidupan ini dengan baik, maka kita harus menjalani kehidupan
ini dengan yang baik pula.Walaupun untuk akhir yang baik itu diperlukan
perjuangan yang tidak mudah, penuh dengan ujian, batu sandungan,air mata
bahkan diperlukan pengorbanan harta dan jiwa. Namun bukankah perjuangan
selalu membuahkan kebahagiaan?
Janganlah kau berputus asa dari rahmat Tuhan.
Tuhan Maha Pengampun, bagi hamba-Nya yang memohon ampun.
Tidak ada kata terlambat untuk memulai.
Mulai memperbaiki diri.
Mulai mempersiapkan perbekalan untuk pulang ke kehidupan yang hakiki.
Mulai menjalani pilihan hidup yang lebih baik Mulai temukan makna hidup
Mulai membuka mata hati kita
Ingatkah anda pada kisah seorang pembunuh yang telah membunuh 99 orang yang
berniat untuk bertobat? Untuk memulai pertobatannya, ia bertanya kepada
seorang pendeta bagaimana ia harus bertobat. Namun apakah yang dikatakan
pendeta itu? Dia berkata bahwa kesalahannya sudah tidak bisa diampuni karena
sudah banyak sekali orang yang dia bunuh. Pembunuh itupun marah dan
menjadikan pendeta itu korbannya yang ke- 100.
Sampailah ia kepada orang yang shaleh, ia meminta nasehat perihal
pertobatannya. Orang shaleh itu kemudian menyuruhnya ke suatu kampung yang
penduduknya orang-orang shaleh dan ia bisa melakukan pertobatannya disana.
Namun belum sampai ia ke kampung itu, ajalnya menjemput. Kemudian terjadi
perdebatan antara malaikat akan dibawa kemana pembunuh itu apakah ke pintu
surga atau ke pintu neraka. Masing-masing mempunyai argumen, yang ingin
membawa ke pintu neraka memberikan alasan karena orang itu adalah seorang
pembunuh yang telah membunuh 100 orang, dan tindakan menghilangkan nyawa
seseorang ternasuk dosa besar. Sedangkan yang ingin memmbawanya ke pintu
surga beralasan karena pembunuh itu sudah berniat untuk bertobat dan ia
meninggal dalam perjalanannya menuju pertobatan.
Akhirnya untuk menyelesaikan perdebatan itu, datanglah sebuah petunjuk untuk
mengukur jarak pembunuh itu apakah dekat kepada kampung asalnya tempat ia
melakukan kejahatan itu ataukah dekat kepada kampung orang-orang shaleh.
Setelah dilakukan pengukuran ternyata jaraknya lebih dekat kepada kampung
orang-orang sholeh, itu menunjukkan niat dan usahanya untuk bertobat
sangatlah besar. Akhirnya ia dibawa ke pintu surga.
Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa selama kita memohon ampun, berniat dan
berusaha untuk memperbaiki kesalahan kita, Tuhan akan memberi ampunan-Nya.
Tuhan akan memberikan petunjuk-Nya. Tuhan akan memberikan Rahmat-Nya. Tugas
kita sebagai manusia adalah berusaha dengan kemampuan terbaik kita untuk
menjalankan kehidupan ini sesuai dengan keinginan-Nya.